Lifestyle

FOMO, Penyakit Para Penggila Jejaring Sosial

Kita semua tahu bahwa media sosial bisa sangat mencandu.  Jika mengingkat ke level lebih tinggi, bisa menimbulkan dampak psikologis yang kurang baik. Saat iniada semacam sindrom yang menghinggapi para penggila sosial media yang disebut FOMO (Fear of Missing Out).
Penjelasan sederhana dari FOMO adalah; jika Anda tidak membuka inbox email atau timeline jejaring sosial dalam beberapa waktu, maka akan muncul semacam rasa risau atau bahkan ketakukan jika pesan-pesan di dalam inbox Anda menumpuk dan ada deretan status yang terlewat.

Teknologi yang ada saat ini, termasuk mudahnya penggunaan jejaring sosial di ponsel memungkinkan kita untuk selalu update dan terhubung. Hal ini  menjadi salah satu faktor pendorong FOMO.  Faktanya, survei yang dilakukan oleh mylife.com  menunjukan bahwa56% orang mengalami FOMO alias selalu ketakutan ketinggalan event, berita, dan update status di media sosial mereka. Ada juga fenomena yang lain, 26% resonden rela mengganti hobinya;-seperti merokok, menonton tv,- dengan mengakses media sosial. Masih dalam lingkup penelitian yang sama, 51% responden makin sering mengunjungi atau login ke akun sosial media mereka dibanding 2  tahun lalu.

Bangun Pagi langsung ke Jejaring Sosial
Apa yang Anda lakukan segera setelah bangun pagi? Idealnya adalah, berbenah, beribadah atau mandi. Namun tampaknya hal tersebut sudah tidak berlaku lagi. Dari responden yang dihimpun mylife.com, hal pertama yang ingin orang lakukan di pagi hari adalah update sosial media. Uniknya, 27% responden akan segera  ‘nongkrong’ di sosial media sesaat setelah mereka bangun pagi.

Kini, setiap orang bisa memiliki lebih dari satu akun sosial media. Bahkan dalam sosial media yang sama,-misalnya twitter-, mereka  juga memiliki beberapa akun.  42% dari responden mengaku memiliki akun  jejaring sosial ganda. Angka ini membesar hingga 61% pada rentang usia 18-34tahun. Rata-rata tiap responden juga mengelola 3.1 alamat email, lebih  banyak dibanding tahun lalu yang hanya 2,6 alamat email. Meskipun 52% responden mengakui bahwa mereka memerlukan ‘waktu  istirahat’ dari media sosial, namun hanya sekitar setengahnya atau 24% saja yang melakukan  ‘liburan sosial media’. Mengapa, tentu saja karena adanya penyakit  FOMO tadi, ketakutan ‘kudet’ alias kurang update!
 
Ngetik sambil Berjalan, 65% dari Kita Melakukannya!
Mungkin saat ini Anda beberapa kali melihat seorang wanita yang menabrak pintu kaca mall, atau seorang pria yang hampir tercebur selokan gara-gara berjalan sambil sms, chatting atau bermedia sosial melalui ponsel.
Hal tersebut saat ini dianggap serius oleh beberapa otoritas. Di New Jersey, orang yang melakukan texting (mengetik) sambil berjalan bahkan akan dikenia denda hingga 85 dollar.

Selingan

TextPlus, pengembang aplikasi messaging untuk Android, iOS dan Windows mengungkapkan fakta bahwa 65% orang mengetik di gadget mereka sambil berjalan. Di kisaran usia 35-45 tahun, hanya  33% yang berjalan sambil mengetik. Namun angka ini melonjak menjadi 73% pada rentang usia 13 – 17 tahun. Mengapa banyak orang melakukan hal tersebut. Mereka menganggap, pesan yang masuk atau adalah hal penting yang harus segera dibalas tanpa menunggu. Dari data di atas, semakin muda usia seseorang, maka pesan masuk akan menjadi hal yang semakin penting dan harus segera dijawab.
Saat ditanya, apakah sebegitu pentingnya membalas pesan masuk sehingga membahayakan keamanan diri sendiri?  63% menganggap hal demikian dirasa aman, tergantung tempat dimana Anda berada saat itu.

Show More

Aldrin Symu

The key objective of a Journalist is to gather information, write news pieces, and present the news in an honest and balanced manner. In addition to investigating and reporting on current events, we also work on articles and features that update and influence public opinion.
Back to top button
error: Content is protected !!